Sebagian besar orang menilai naik pesawat terbang menjadi sebuah pengalaman menyenangkan. Apalagi sahabat Bonanza88 bisa menikmati perjalanan jauh hingga ribuan kilometer hanya dalam hitungan jam saja.
Bayangkan jika Anda menggunakan transportasi darat atau laut untuk menuju suatu negara. Bisa-bisa akan memakan jarak tempuh hingga berhari-hari lamanya.
Itulah kenapa industri pesawat terbang komersil ini semakin berkembang. Ini lantaran banyak orang membutuhkan moda transportasi satu ini.
Apalagi untuk menempuh perjalanan panjang melewati batas negara dan samudera yang mustahil bisa dilalui jika menggunakan jalur darat atau laut.
Oleh karena itu memicu berbagai perusahaan teknologi raksasa bermunculan menjadi produsen “burung besi” tersebut. Mereka hadir untuk merancang pesawat terbang komersil yang bisa sahabat Bonanza88 nikmati saat ini.
Setidaknya, ada satu nama besar yakni sebuah pabrikan pesawat terbang yang sahabat Bonanza88 perlu ketahui yakni Boeing Company.
Bagi yang belum tahu, Boeing Company merupakan sebuah perusahaan kedirgantaraan yang merancang, memproduksi serta menjual pesawat terbang yang markasnya berpusat di Seattle, Amerika Serikat.
Pabrikan multinasional ini menjadi produsen kenamaan untuk jenis pesawat jet komersial, sistem pertahanan serta keamanan, peralatan telekomunikasi, hingga kepada produk untuk ruang angkasa selama lebih dari 100 tahun.
Boeing juga diketahui menjadi kontraktor pertahanan terbesar kedua di dunia menilik kepada pendapatan tahun 2015 lalu.
Di mana, sudah berhasil menjual produk ke pelbagai sektor mulai dari komersial, sipil, bahkan militer, termasuk Indonesia.
Sebelum membahas lebih dalam, tak afdol rasanya apabila Anda menilik jauh ke belakang tentang sejarah berdirinya Boeing Company. Baca sampai habis artikel Bonanza88 ini ya.
Memproduksi Pesawat Modern
Meski dengan berat hati William Edward Boeing pun harus menjual sahamnya, namun Claire Egtvedt yang saat itu menjadi pemimpin perusahaan masih percaya jika masa depan perusahaan Boeing masih cerah.
Hingga akhirnya Boeing mencoba memproduksi pesawat moderen yang lebih besar lagi. Perusahaan ini sukses membuat sebuah pesawat empat mesin dengan tipe 707. Dalam layanan komersial dengan rute trans Atlantik Utara pada tahun 1958.
Dengan cepat, pesawat tipe 707 itu pun menarik minat banyak penumpang serta berhasil melakukan perjalanan panjang dengan lancer tanpa ada kendala.
Perusahaan Boeing Company pun terus mengalami perkembangan hingga pada dipercaya oleh NASA menjadi kontraktor utama dalam membangun Stasiun Luar Angkasa atau International Space Station (ISS).
Pada saat ini, Boeing berada di bawah kepemimpinan puncak David Calhoun yang mana menjabat sebagai presiden sekaligus Chief Executive Officer sejak Januari 2020 lalu.
Kecelakaan Tragis Boeing 737
Seperti yang sudah Bonanza88 jelaskan sebelumnya, Boeing Company adalah sebuah perusahaan besar di dunia yang memproduksi dan juga merancang pesawat terbang.
Hebatnya, perusahaan Boeing Company ini tidak hanya memproduksi pesawat terbang tetapi juga menjual hasil buatnya sendiri kepada publik.
Selain itu, bahkan selama lebih dari 100 tahun Boeing juga menjadi produsen pesawat jet komersial, sistem pertahanan dan juga keamanan, serta turut memproduksi peralatan telekomunikasi.
Dari semua kesuksesan yang diraih Boeing Company, ternyata ada terselip kisah haru yang pernah dialami perusahaan tersebut.
Di mana, Boeing Company harus kehilangan uang sebesar USD1 miliar karena terjadi insiden dua kecelakan hebat yang menimpa Boeing 737 Max pada tahun 2018-2019 silam.
Yakni menimpa dua maskapai penerbangan berbeda pada 29 Oktober 2018 dan 10 Maret 2019. Maskapai tersebut yakni Lion Air dari Indonesia dan Ethiopian Airlines dari Ethiopia yang memang menggunakan Boeing 737 Max.
Tragedi naas tersebut hingga menewaskan kurang lebih 346 penumpang serta menjadi tragedi paling memilukan sepanjang sejarah yang dialami Boeing Company.
Diduga kecelakan tersebut terjadi lantaran pilot salah untuk mengaktifkan MCAS karena data yang memang salah dari sensor yang salah pula.
Kondisi tersebut memaksa pilot untuk menurunkan hidung pesawat. Namun, sang pilot tak tahu bagaimana harus bereaksi serta mati-matian mencoba mengangkat hidung pesawat.
Akan tetapi ketika MCAS diaktifkan berulang kali oleh pilot, malah jatuhnya membuat pesawat tersungkur ke bawah.
Selepas kecelakaan fatal pada 2019, Boeing Company kemudian langsung menginstruksikan kepada seluruh maskapai yang memiliki Boeing 737 Max untuk melarang beroperasi.
Hingga pada tahun 2020, Boeing sempat mengalami masa terpahit dalam penurunan pendapatan hingga sebesar 24,3 persen dari pendapatan sebesar USD101 miliar turun menjadi USD76 miliar.
Hasilnya, peringkat Boeing di daftar teratas terus merosot jauh ke peringkat 121 dari yang sebelumnya berada di nomor 68 dunia.
Bukan cuma itu saja, total ekuitas saham milik Boeing juga defisit sebesar 8,61 miliar dolar. Namun itu semua bisa ditutup dengan sedikit rasa lega lantaran aset perusahaan masih cukup baik berada di angka 133,62 miliar dolar.